Jumat, 11 November 2011

Awal pertama Sranggayudha dari Desa Luwung

Luwung artinya hutan kosong. sebelum tahun 1830 desa luwung masih merupakan hutan kosong. Pada saat itu di desa Lwngkong ada dua orang kakak beradik bernama "Banteng Kuntet" dan adiknya bernama "Sutajiwa". Kedua orang itu sering berselisih paham dan bertengkar, masing-masing mecari pengaruh di desa Lengkong. Pertengkaran itu berlanjut sampai mereka masing-masing mengeluarkan kesaktiannya masing-masing, sehingga adiknya yang bernama Sutajiwa melarikan diri ke hutan kosong (asal mula Luwung).

Selama dalam pelarian ki Sutajiwa mencari dan berusaha mencari teman (sahabat) dengan cara membuka lahan di hutan Luwung, sebagai pemukiman dan lahan pertanian. Hanya beberapa tahun ki Sutajiwa berhasil menyulap Luwung yang dulunya hutan menjadi lahan yang bagus dan banyak sekali orang yang berpindah ke Luwung untuk ikut membuka hutan di Luwung sebagai pemukiman dan pertanian. Perpindahan orang terjadi dari: sebelah timur hutan Luwung dari desa Tapen dan Tohok, dari sebelah utara yaitu dari desa Lengkong dan dari sebelah selatan yaitu desa Gumiwang.

Pada tahun 1830 penduduk di hutan Luwung makin bertambah banyak, maka pada tahun itu secara aklamasi ki Sutajiwa diangkat menjadi sesepuh hutan Luwung, sekaligus hutang Luwung diberi nama desa "Luwung". Selama dalam pemerintahan ki Sutajiwa berhasil membuat saluran air dari sungai Pekacangan masuk ke desa Luwung. Kemakmuran semakin nampak setelah masuknya saluran air dari sungai Pekacangan, sehingga masyarakat desa Luwung dapat bercocok tanam, dan membuka persawahan.

Kurang lebih tahun 1835 ki Sutajiwa menyuruh kulinya membajak sawah, tiba-tiba bajaknya mengenai tembikar (dalung) yang berisi penuh emas. Dan emasnya diserahkan kepada "Ndoro Kanjeng" (Bupati Banjarnegara). Setelah emas diterima oleh "Ndoro Kanjeng", segera Ndoro Kanjeng mendatangi tempat dimana ditemukan emas, untuk melihat dari dekat. Setelah sampai di tempat lokasi penemuan emas Petak Sawah (kotak) tempat berdiri "Ndoro Kanjeng" diberi nama "Kotak Janggleng" (kotak nggo njangglenge ndoro kanjeng). Ndoro Kanjeng hadir di Luwung bersama sang istri (Nyai kanjeng). Pada saat nyai kanjeng mengikuti perjalanan ndoro kanjeng ke areal penemuan emas tersebut tiba-tiba sabuk (bengking) nyai kanjeng "lepas" (ucul), dari kejadian ini maka kotak (petak) itu diberi nama kotak "sabuk". Setelah selesai berkeliling ke lokasi tempat penemuan emas Ndoro kanjeng dan Nyai Kanjeng mencuci kakinya yang terkena lumpur, dan lagi-lagi tempat mencuci kaki Ndoro kanjeng dan nyai kanjeng diberi nama kotak "Paruk" (tempat air yang dibuat dari tanah).

Dari hasil penemuan emas tersebut Ki Sutajiwa mendapat hadiah dari Ndoro Kanjeng berserta rakyatnya 40 ekor kerbau, karena kejujuran ki Sutajiwa maka Ndoro Kanjeng mengatakan di hadapan rakyat desa Luwung bahwa "Tedak 7, turun 8 Lurah Luwung ada pada keturunan ki Sutajiwa".

Ki Sutajiwa mempunyai 2 orang anak. Pertama Ni Dening dan kedua Ke Semi. Pada tahun 1856 ki Sutajiwa mengundurkan diri dari kepala desa di Luwung. Untuk menghindari pertengkaran 2 orang anaknya atas persetujuan rakyantnya, desa Luwung dipecah menjadi 2 desa. Yang pertama Desa Luwung yang dikepalai oleh suami Ni Dening yaitu Tertojiwo, dan sebagian Desa Karang Tanjung yang dikepalai oleh anak laki-lakinya yaitu ki Semi.

Kepala desa Dari Masa-kemasa

1. Ki Sutajiwa (1835-1856)

2. Ki Semi (1856-1868) Kades Kr Tanjung, / 2. Ki Dening (1856-1867) Kades Luwung

3. Ki Sranggayuda (1869-1897) Kades K. Tjg, / 3. Ki Lawuk (1867-1895) Kds. Luwung

4. Ki Tuwuh (1897-1915) Kds. Krg Tjg, / 4. Ki Kanang (1895-1915) Kds. Luwung

Mulai tahun 1915 Luwung kembali menjadi satu desa

5. Supardi - Wirayuda (1915-1945)

6. Ali Muchtar (1945-1975)

7. Sakiyo Sukarman (1975-1989)

8. Muchtasor (1989-1999)

9. Teguh Hari Wibowo, SE (2002 - sekarang)



Keberhasilan Kepala Desa dari Waktu ke Waktu

Selam pemerintahan Kepala desa ke 2 sampai dengan ke 5 berakhir tahun 1945 belum dapat membangun desa disebabkan negara Indonesia dalam masa penjajahan, sehingga kepala desa berserta perangkatnya hanya sibuk menarik pajak tanah (land rente) yang sangat berat dirasakan oleh rakyatnya. Kalau ada rakyat yang nakal atau membangkang pada peraturan penjajah ditangkap dan dijadikan romusa (kerja paksa).

Pada masa pemerintahan kepala desa yang ke 6 (Bapak Ali Muchtar) negara Indonesia baru saja lepas dari belenggu penjajahan. Desa Luwung yang pada saat itu bodoh serta penghasilannya kecil mulai bangkit membangun desanya. Dengan skala prioritas pada saat itu adalah sarana dan prasarana yang sangat mendesak yaitu jembatan dan jalan desa. Sehingga selama kurun waktu 30 tahun masa kepemimpinan Bapak Ali Muchtar berhasil membangun antara lain jembatan mulai dibangun menggunakan batu, sarana pendidikan : mulai dibangunnya SD. Jembatan yang sangat vital adalah jembatan gantung yang menghubungkan Luwung dengan gumiwang yang melintas di atas sungai serayu. Kemudian bentungan kali winong, meskipun baru menggunakan pohon kelapa namun sangatlah membantu pengairan di wilyah selatan (karang tanjung).

Berbeda dengan pendahulunya pada masa kepemimpinan kepala desa yang ke 7 (Bapak Sakiyo Sukarman) dititik beratkan pada pembangunan fisik maupun non fisik. Pada masa kepemimpinan beliau terbangun gedung balai desa, jalan desa mulai diperkeras dengan makadam (gragal), saluran air juga mulai diperbaiki dengan batu kali. Pembangunan non fisik program KB dan Transmigrasi.

Pada masa kepemimpinan kepala desa yang ke 8 (Bapak Muchtasor) yang diprioritaskan yaitu fisik. Dengan berbekal menjadi daerah tertinggal (IDT) dengan cepat membangun dan membuka jalan dan jembatan permanen menghubungkan karang anyar (arah tapen) menuju luwung, kemudian juga pengaspalan jalan desa, dan masuknya listrik ke desa Luwung. serta pembangunan sarana perairan (irigasi).

Demikian sekilas riwayat atau sejarah desa Luwung secara singkat. Apabila ada kesalaha maupun kekeliruan dalam penyampaian baik waktu, tempat, dan lain sebagainya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan sejarah ini.

1 komentar:

  1. Nyuwunsewu... Mas Srangga_Yudha nopo asli desa Luwung Banjarnegara..? Ngertos silsilahe putra-putrine Eyang Sutajiwa?

    BalasHapus